Minggu, 29 Januari 2012

PAGURAWAN-BATUBARA abad 19

PAGURAWAN
BATUBARA ABAD 19
oleh
Yushar

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah awal  bandar perdagangan Pagurawan. Mengetahui faktor-faktor  yang menyebabkan Pagurawan  menjadi bandar Perdagangan. Mengetahui dampak keberadaannya bagi masyarakat sekitar dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Dari hasil penelitian diperoleh informasi  bahwa  bandar perdagangan Pagurawan dibuka oleh Datuk Muhammad Idris yang bermula dari sebuah perkampungan Selanjutnya menjadi sebuah unit politik yang dipimpin secara turun temurun . Sebagai unit kekuasaan daerah ini menjadi tempat transit para pedagang dari dan ke pedalaman Simalungun para pedagang dari pedalaman menjadikannya  tempat kegiatan perdagangan yang mendapat perlindungan dari penguasa bandar  Pagurawan dipimpin oleh Datuk Muhammad Idris, Datuk Seri Batara, Datuk Setia Wangsa, Datuk Setia Maharaja Lela dan terakhir Datuk Setia Putera Raja
Kata kunci;Pagurawan ,Batubara abad 19
*Pengajar Jur.Pend.Sejarah FIS UNIMED

1. PENDAHULUAN
Manusia yang selalu berinteraksi satu dengan yang lain sejak dahulu sampai sekarang  hubungan kerjasama yang dilakukan ada yang bersifat lokal maupun kerjasama dengan daerah lain. Salah satu bentuk hubungan kerjasama yang sering terjadi diantara manusia adalah hubungan ekonomi yang berkaitan dengnan memenuhi kebutuhan hidup sehari-harig. yang kemudian berkembang menjadi hubungan politik , hubungan politik ini terimplementasi dalam bentuk perlindungan kegiatan perdagangana, sehingga dimungkinkan untuk melakukan transaksi  ke daerah  yang lebih jauh berkat perlindungan keamanan .Keamanan yang terjamin  mengakibatkan  ramainya masyarakat melakukan kegiatan niaga sehingga menumbuhkembangkan kegiatan perdagangan Ramainya kegiatan perdagangan mendorong pertumbuhan dan perkembangan bandar Pagurawan. Interaksi dengan masyarakat di kawasan pedalaman semakin lancar dan membuka isolasionisme daerah pedalaman yang dihunietnis Simalungun.
Sebelum alat transportasi darat seperti sekarang yang memudahkan proses perdagangan, kegiatan perdagangan selalu berkutat pada suatu bandar (pelabuhan). Bandar merupakan tempat interaksi menukar barang dagangan dengan barang yang dibutuhkan. Perdagangan juga memiliki rute-rute tertentu yang sering dilewati oleh para pedagang. Rute perdagangan juga melewati daerah Batu Bara dengan salah satu bandarnya adalah bandar perdagangan Pagurawan. yang memiliki keadaan alam cukup baik, muara kuala lebar dan alur kualanya cukup dalam mempermudah tongkang dan perahu-perahu besar  keluar masuk
Pada awalnya Pagurawan merupakan kawasan pematang (tanah tinggi), yang memiliki keistimewaan yakni jarak antara laut dengan sungai sangat dekat. Sehingga mudah dijangkau setiap kapal yang mau merapat. Letak yang strategis menjadikan bandar Pagurawan sebagai alternatif pusat kegiatan perekonmian berdampingan dengan  beberapa kampung lainnya seperti Nenas Siam, Kampung Bogak, Kampung Durian. Limau Kapas, Megung dan Perkandangan.Penghidupan pokoknya masyarakatnya bertani  menanam padi untuk kelangsungan hidup  .Kemudian bermukim warga nelayan yang terhalang pulang ke daerahnya karena berbagtai hal seperti angin kencang,  Di bandar ini terdapat cadangan makanan, yang mencukupi kehidupan para nelayan yang tidak bisa pulang, begitu juga dengan pendatang-pendatang dari Simalungun.maka jadilah tempat ini jadi persinggahan . akhirnya tersebarlah berita kemana-mana yang membuat kampung tersebut ramai dan  menjadi sebuah bandar perdagangan yang pada gilirannya terjalinlah hubungan sosial, ekonomi dan politik di kawasan ini .Ramainya kegiatan perdagangani membuat Kerajaan Simalungun, Siantar, Raya dan Bandar datang membawa barang dagangannya dan meramaikan perniagaan di sini dengan komoditi masing-masing seperti rotan , jaronang, damar, lilin, rambung merah, getah mayang dan lain-lain. kunjungi  perahu-perahu besar dan tongkang-tongkang yang  merupakan angkutan  populer masa ini menjadikan Pagurawan semakin ramai
           Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah awal tentang bandar perdagangan Pagurawan. Serta bagaimana pertumbuhan dan perkembangan nya.Dengan metode heuristik direkostruksi sejarah bandar perdaganghan ini secara deskriptif  kwalitatip

2.    PEMBAHASAN
2.1 Bandar atau Pelabuhan
Ketika dilakukannya suatu hubungan transportasi ataupun perdagangan yang menggunakan jalur laut, maka kita akan berkaitan dengan bandar (pelabuhan). Karena jalur laut akan tetap menjadi pilihan dari hubungan setiap daerah bahkan Negara. Dan yang berperan sebagai tempat transit atau tempat mendarat adalah bandar. Menurut Osthoff  dalam Asnan (2007:284-285) menyatakan bahwa :
“Pelabuhan adalah tempat kapal dan perahu merapat, membongkar dan memuatnya. Pada periode 1819 – 1847 kondisi pelabuhan yang ada di pantai barat sangat sederhana. Apa yang dinamakan pelabuhan pada waktu itu sering hanya berupa dermaga kecil yang hampir tidak dilengkapi dengan prasarana yang memadai. Bahkan tidak jarang dilaporkan bahwa yang dinamakan pelabuhan itu hanya sebuah teluk kecil dimana kapal dapat membuang jangkar. Kemudian dari kapal menuju pantai mesti menggunakan perahu. Pada kesempatan lain apa yang dinamakan pelabuhan itu hanya berupa muara sungai. Kadang-kadang kapal /perahu bisa merapat kepinggirnya namun sering kapal/perahu yang sedikit besar mesti buang jangkar ditengah sungai. Untuk menurunkan dan menaikan barang dan penumpang mesti menggunakan perahu yang lebih kecil.”

Jadi  bandar (pelabuhan) hanyalah sebuah dermaga kecil untuk merapatkan kapal. Berbeda jauh dengan yang ada pada saat ini. Tidak jarang bahwa kapal besar atau kapal induk tidak dapat mencapai dermaga tetapi untuk mancapai dermaga digunakan perahu kecil atau sampan kecil. Begitulah pula bandar perdangaan Pagurawan yang dahulunya hanya sebagai tempat persinggahan para nelayan yang ingin membuang jangkar. Perret l (2010 : 97) bahwa bandar selalu dikaitkan dengan proses perdagangan, dimana bandar diartikan sebagai tempat orang dari dataran rendah berdagang dengan orang dari dataran tinggi.
Namun secara pratikal pelabuhan dibentuk karena amat memungkinkan adanya kebutuhan oleh pengguna jasa angkutan, berkenaan dengan adanya arus perdagangan yang akan dipindahalihkan atau diperjualbelikan melalui transportasi kelautan. Seperti yang dinyatakan oleh Sudjana (1996:177) bahwa “ Pelabuhan dibentuk tidak hanya karena memiliki berbagai aspek yang dilatarbelakangi oleh kekuasaan, politik , ekonomi, budaya dan sampai kepada masalah keamanan serta pertahanan”.
    Bandar  berkaitan dengan perdagangan.  Aston (2007:143)  dalam Asnan
“Jaringan perdagangan adalah proses sosial yang terjadi ketika berlangsungnya proses tukar menukar barang antara para pelaku perdangan yang mencakup penduduk atau saudagar pribumi, timur asing dan mancanegara yang berlangsung pada beberapa kawasan dipantai barat. Jaringan perdagangan akan ada bila kegiatan perdagangan itu berlangsung antara dua daerah.”
Dari pernyataan di atas maka perdagangan adalah kegiatan yang dilakukan oleh para pedagang untuk tukar menukar barang dengan para penduduk yang memerlukan barang yang sesuai dengan kebutuhannya. Lalu perdagangan ini dilakukan oleh pedagang lokal maupun pedagang asing. Begitu pula dengan masyarakat Pagurawan yang memiliki sumber alam yang baik untuk diperdagangkan dengan para pendatang-pendatang yang melakukan perdagangan.
Seperti pedagang-pedagang Bugis, perkembangan dan kemajuan dalam perdagangan di Nusantara ini juga diwarnai oleh pedagang-pedagang dari Melayu, Ternate juga Tidore. Mereka mempunyai keunggulan dalam perdagangan seperti yang dinyatakan oleh Poelinggomangi (1997: 151) dalam  Nurcahyani bahwa:
Melayu, Ternate dan Tidore mempunyai keunggulan dalam perdagangan yakni; 1) menganut prinsip laut bebas dan menyelenggarkan perdagangan dengan bebas,     2) memiliki sikap keras, gigih dan tidak mengenal kata menyerah dalam melakaukan kegiatan perdagangan, 3) menjalin hubungan yang baik dengan penguasa dan ulama, 4) selalu menempati janji dalam melakukan hubungan kerjasama dalam perdagangan, 5) menjadikan pelabuhan sebagai pusat ekonomi
    Faktor-faktor inilah yang mendasari mereka sebagai pedagang yang mempunyai peranan penting dalam perdagangan laut di Indonesia. Kemudian perdagangan ini memiliki jalur perdagangan yang disepakati oleh para pedagang. Seperti yang dinyatakan oleh Asnan (2007:144) bahwa:
“Sepanjang abad ke 19 setidaknya terdapat jalur niaga yang merupakan urat nadi utama jaringan perdagangan antara daerah pesisir dan pendalaman. Tiga diantaranya berada dikawasan utara( noordelijke afdeeling), dan lima berada dikawasan selatan (zuideeling afdeeling). Tiga jaringan perdagangan diutara adalah 1) rute antara kawasan singkel dan barus dengan daerah pak-pak, 2) rute antara sibolga dengan angkola 3) rute antara natal dan pendalaman maindeling. 5) jaringan perdangan di selatan adalah 1) rute antara lain bangis dan rao, 2) tiku dengan agam, 3) pariaman dengan tanah datar, padang dengan tanah datar dan solok, 5) bandar X dengan solok selatan.
Maka dari penjelasan diatas ada beberapa jalur perdagangan yang telah menjadi rute tetap antara pedagang lokal maupun pedagang asing. Tentunya setiap daerah jalur perdagangan pasti memiliki sumber daya alam yang menjadi komoditas utama yang diperlukan oleh pedagang lainnya. Atau tidak ada di daerah lain tetapi hanya ada di daerah tertentu saja.
Bandar berkaitan dengan perdagangan dan kerjasama dengan bangsa asing maupun lokal.kerjasama  dilakukan untuk memperoleh keuntungan,i Groenevelt (1999: 60) dalam Nurcahyani :
“Orang-orang Cina yang pertama kali melakukan pelayaran ke Asia Tenggara tidak membawa misi untuk Negara mereka hanya sebagai pertualang. Namun lama kelamaan setelah mereka mengenal satu sama lain, mulailah mereka mengadakan kontak hubungan yang erat berupa kerjasama dalam perdagangan”
    Jadi dapat disimpulkan bahwa pada awalnya para pelayar hanya ingin bertualang, i setelah terjalin hubungan yang erat maka terjalin kerjasama dalam memperdagangkan barang dagangannya, begitu pula dengan para pedagang baik dari lokal maupun asing yang datang ke bandar Perdagangan Pagurawan, awalnya hanya untuk  pesinggahan , lama kelamaan terjalin hubungan  erat apatah lagi  bandar  memiliki sumber alam yang besar sehingga wajar terjalin kerja sama diantara mereka,Leirissa (1995: 26) menyatakan:
Para pedagang asing membutuhkan rempah-rempah, barang khas Indonesia dan bahan makanan, sebaliknya pedagang Indonesia membutuhkan barang-barang yang tidak terdapat atau belum dapat dibuat Indonesia dimana Perdagangan merupakan salah satu ciri perkembangan dan kemajuan kehidupan masyarakat.
    Saling membutuhkan adalah konsekwensi logis dari adanya perhubungan antar masyarakat dalam bentuk perdagangan kerjasama antara para pedagang lokal maupun asing membuat kehidupan masyarakat lebih maju karena satu sama lain memperoleh keuntungan. Seperti yan gterjalin terjalin  di bandar perdagangan Pagurawan.
2.2    Sejarah  Bandar Perdagangan Pagurawan
Sejarah Bandar Perdagangan Pagurawan tidak terlepas dari Kerajaan Pesisir. Karena Kerajaan Pesisir berada di daerah Batubara. Kemudian Kerajaan Pesisir merupakan salah satu kerajaan bercorak Melayu yang pernah tumbuh dan berkembang di Sumatra Timur. Kerajaan Pesisir ini termasuk wilayah hukum daerah Batu Bara, dimana Kerajaan Pesisir di pimpin oleh Datuk Panglima Muda : Tahir (2008 : 196) menyatakan
“Pada tahun 1723 di kerajaan Pesisir Batu Bara di pimpin oleh seorang Raja bergelar Datuk Panglima Muda mempunyai 3 orang Putera yakni :Datuk Muda Jalil, Datuk Mhd Idris bergelar Datuk Pemuncak, dan Datuk Muda Husin. Datuk panglima Muda Raja Kerajaan Pesisir Batu Bara ini suka mengembara ke Timur dan ke Barat sambil membawa barang dagangannya bahkan sampai ke negeri-negeri Semenanjung tanah Melayu. Oleh itu sebelum ia mangkat telah melantik puteranya Datuk Muda Jalil sebagai penggantinya menjadi Raja di Kerajaan Pesisir dan Datuk Muda Husin sebagai penolong membantu abangnya.”
.
Pagurawan merupakan suatu perkampungan yang sangat strategis yang terletak di bibir pantai Timur Sumatera Utara tepi selat Malaka , sangat cocok untuk daerah persinggahan yang menghubungkan Utara dan Selatan  Tahir (2008 : 144) mendeskripsikan batapa bandar ini begitu strategis :
“Dimana pendatang-pendatang baru yang datang dari luar seperti dari Pagaruyung Batu Sangkar, Minangkabau, Kampar, atau Siak dan lain-lain yang bersama-sama di kawasan dan masuk dalam wilayah hukum Batu Bara telah berminat memberi nama kawasan yang baru dibuka mengikuti citarasa masing-masing. Nama-nama negeri yang baru diwujudkan itu adalah seperti berikut :” Lima Puluh, Tanah Datar, Pesisir, Lima Laras, Labuhan Ruku, Tanjung Bungo, Sontang, Simpangdolok, Dolik, Talawi, Bogak, Bagan Luar, Bagan Dalam, Pasar Rabuk, Tanjung Tiram, Ujung Kubu, Guntung, Paya Kumbuh, Pesisir Dahari Selebar, Padang Genting, Kampung Panjang, Sijamnyut, Pematang Panjang, Kampung Lalang, Prupuk, Sibulan-bulan, Simpang Sianam, Kg Tualang, Titi Putih, Titi Merah, Lubuk Besar, Kampung Kodah, Nibung Angus, Telaga Tujuh, Gambus Laut, Kayu Ara, Kampung Nipah, Pahang, Simpang Gambus, Tanah Gambus, Pematang Kapau, Barung-barung, Air Hitam, Kuala Gunung, Sungai Sijintan, Pulau Besar, Ahad Lama, Kelubi, Penaga, Dolik Empat Negeri, Tiga Negeri, Limau Putih, Tasak, Simpang Medang Deras, Nenas Siam, Inderapura, Sungai Pimpin, Kelombis, Sipare-pare, Kuala Tanjung, Tanjung Kasau dan Pagurawan.”
Datuk Muda Idris yang mencari tapak baru setelah  Datuk Muda Jalil ditabalkan menggantikan ayahandanya , berusaha mendapatkan daerah baru untuk pemukiman .Dalam proses perncarian itu beliau menemukan beberapa tempat yang layak setelah menelusuri beberapa kuala .Tahir (2008 : 197) bahwa :
“Datuk Muhammad Idris berhasrat keluar dari Pesisir mencari tapak baru untuk dijadikan perkampungan . Berkat dorongan semangat dan nasihat dari   rombongan perahunya telah menyelusuri pantai Timur Sumatera Timur, beberapa kuala telah dilalui, yaitu:
1.    Kuala Perupuk (Pantai Sejarah)
2.    Kuala Sungai Mati
3.    Kuala Sungai Tanjung
4.    Kuala Sungai Pare-pare

 “ Kemudian sampailah pula ke Kuala Pagurawan, maka berkenanlah hatinya terhadap kuala ini untuk dijadikan kampung, karena keadaan alamnya yang cukup baik, muara kualanya lebar, dan alur kualanya cukup dalam membolehkan tongkang dan perahu-perahu besar senang untuk keluar masuk.”
Dapat dijelaskan bahwa setelah Datuk Muhammad Idris sampai di Kuala Pagurawan, beliau tertarik untuk membuka perkampungan sekaligus sebagai bandar perdagangan. Ada beberapa hal yang mendorong beliau memilih lokasi ini sebagai tempat bertapakak letak kuala Pagurawan yang strategis, dan memiliki keadaan alam yang baik dan subur untuk disinggahi oleh para pedagang dari daerah lain. Kemudian kuala Pagurawan ini memiliki muara yang lebar dan kedalaman yang cukup untuk dimasuki oleh tongkang dan perahu-perahu yang dibawa oleh pedagang dari daerah lain. Sehingga memudahkan kapal-kapal untuk keluar-masuk untuk berlabuh. Hal ini  dipertegas oleh OK Jera’in (kamis 17 Juni 2010 ) bahwa Pagurawan memiliki muara yang lebar dan kedalaman yang cukup untuk para pedagang untuk keluar masuk Pagurawan.
Lebih lanjut dinyatakan oleh Tahir (2008 : 198):
“Disebelah kanan sungai tersebut ada beberapa anak sungai yaitu sungai Keresek, sungai Ceremai, sungai Cempedak. Disebelah kiri pula dijumpai beberapa anak sungai yaitu sungai Api-api, sungai Oru, sungai Kelapa. Mudik lagi ke hulu dijumpai pula disebelah kanan sebuah anak sungai dan dua pondok nelayan pencari kepah, kerinting, kepah dibawanya mudik ke hulu tangga besi ke daerah Simalungun, dijualnya ke Bandar Khalifah sampai ke hulu sungai padang Tebing Tinggi”.
Letak Kuala Pagurawan ini dikelilingi oleh anak-anak sungai yang mendukung Pagurawan menjadi bandar perdagangan. Anak sungai yang di sebelah kanan yaitu sungai Keresek, sungai Ceramai, sungai Cempedak. Kemudian di sebelah kiri yaitu sungai Api-api, sungai Oru, sungai Kelapa. Kemudian ada pondok nelayan pencari kepah dan membawa hasil tangkapannya untuk dijual di daerah Bandar Khalifah dan hulu sungai Padang Tebing Tinggi.
Datuk Muhammad Idris dan rombongannya masih meneruskan pelayarannya mudik ke hulu sehingga berjumpa pula di sebelah kiri dengan kawasan pemantang (Tanah Tinggi), akhirnya mereka berlabuh  untuk melihat keadaan kawasan itu. Datuk Muhammad Idris membuat sebuah perkampungan yang lama kelamaan  menjadi ramai dengan proses perdagangan yang terjadi diantara orang-orang Simalungun dengan masyarakat pagurawan.Selanjutnya Tahir (2008: 198) ‘ Semua rakyat negeri itu diarahkan membuka sawah dan bercocok tanam. menanam padi serta bercocok tanam temasuk juga tanaman-tanaman keras seperti kelapa, rumpiah, nipah, lada dan segala jenis buah-buahan’. Dengan hasil tanaman keras maka dapatlah terwujud satu lumbung padi, tujuannya adalah untuk membantu pendatang-pendatang baru dan para musafir. Penduduk dikampung baru itu kian hari semakin bertambah ramai pula dan semua rakyat tetap taat setia kepada raja mereka Datuk Muhammad Idris bergelar Datuk Pemuncak.”
Setelah dibukanya Kuala Pagurawan oleh Datuk Muhammad Idris,Pagurawan menjadi perkampungan,i ramai didatangi oleh para pedagang kemudian tidak sedikit yang menetap di daerah  dan membuka lahan atau reba hutan  di sekitar Pagurawan.untuk lahan pertanian padi . Dengan dilaksanakan kebijakan ini  Pagurawan memiliki lumbung padi yang berguna untuk cadangan makanan para pedagang dan musafir yang singgah. Sehingga kampung Pagurawan menjadi semakin berkembang Perkembangan ini mendorong terbentuknya struktur kekuasaan untuk mengendalikan daerah ini secara organisatorik. Adalah merupakan keniscayaan bahwan Datuk Idris sebagai penggagas  pembuka kampung menjadi pemimpin daerah baru ini apatah lagi beliau memang keturunan darah biru bangsawan tinggi sebuah kerajaan Beliau bergelar  Datuk Pamuncak.
Labih lanjut Tahir mengatakan (2008 : 199) bahwa :
“Kemudian Datuk Muhammad Idris (Datuk Pemuncak) bersama putera Muhammad Nuh yang kelak bergelar Datuk Seri Batara telah mengistisarkan untuk mengadakan satu majelis jamuan. Maka diundanglah semua rakyat dan raja-raja luar seperti:
3.1    Raja Siantar
3.2    Raja Raya
3.3    Raja Pematang Tanah Jawa
3.4    Raja Pematang Bandar
 Datuk Muhammad Idris memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad Nuh yang bergelar Datuk seri Batara. Kemudian Datuk Muhammad Idris dan Muhammad Nuh mengadakan satu majelis jamuan makan ,dalam jamuan tersebut diundang semua rakyat dan raja tetangga seperti : Raja Siantar, Raja Raya, Raja Pematang Tanah Jawa, Raja Pematang Bandar.”r karena sangat gembira mereka “bermain dan bergurau” maka disebutlah nama negeri itu “Pagurowan” lama kelamaan menjadi “ Pagurawan (Sinar.136).diperjelas lagi oleh Ok Jera’in ( Kamis, 17 Juni 2010) bahwa Nama Pagurawan di buat karena orang-orang yang di Pagurawan suka bergurau (bercanda), maka dibuatlah nama kampung ini menjadi Pagurawan (Pergurauan) sekitar abad 19.”
Demikianlah dari majlis perhelatann yang digagas oleh Datuk Idris muncullah nama perkampungan baru sebagai bandar perdagangan sekaligus pusat pemeritahan Dengan dinamakannya majelis ini dengan majelis pergurauan, maka nama perkampungan yang dibuka oleh Datuk Muhammad Idris disebut dengan kampung Pagurawan.Seperti yang dinyatakan oleh Sinar ( TT :2002 134) bahwa “Tahun 1823 Jonh Anderson seorang, pegawai tinggi Gubernur Inggris di Penang telah  mencatat negeri-negeri dibeberapa kuala sungai  ketika mengadakan kunjungan ke Kerajaan-kerajaan pantai di Sumatera Timur, seperti tercatat dalam  bukunya “Mission to the Eastcoast of Sumatra (1826). Menurut catatannya: Sungai Pagurawan berada dibawah penghulu Pemandraasal Batubara dan penduduk asli di situ menanam padi dan jumlah penduduk tak lebih dari 100 orang.”Menurut catatan Anderson tahun 1823 Pagurawan sudah dihuni oleh 100 orang dan rakyatnya bermata pencaharian sebagai petani dengan menanam padi.Pagurawan telah menjadi sebuah perkampungan   perdagangan tahun 1823.
2.3     Pertumbuhan Dan Perkembangan Bandar Pagurawan
Pertumbuhan dan perkembangan bandar perdagangan pagurawan tidak terlepas dari orang-orang yang memerintah (berkuasa) didaerah tersebut, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: .
1 Datuk Muhamammad Odris Gelar Datuk Muncak
   Beliau adalah pendiri Pagurawan
2 Datuk Muhammad Nuh (Datuk Seri 
 “Datuk Muhammad Nuh menikah dengan adik Raja Siantar yang kemudian di Islamkan oleh Datuk Muhammad Nuh. Dari pernikahan mereka maka Datuk Muhammad Nuh mendapatkan tiga orang anak, yaitu: anak pertama bernama Incik Cahaya, anak ke dua bernama Datuk Muhammad Yusuf, dan anak ke tiga bernama Datuk Panglima Besar Akas.
.   3 Datuk Muhammad Yusuf (Datuk Setia Wangsa)
Masa kepemimpinan Dt.Setia Wangsa Bandar perdagangan ini mangalami masa kejayaan baik dari segi ekonomi dengan makin ramainya kegiatan perekoniomianhj maupun dari segi relasi social budaya yang ditandai dengan harmonisnya hubungan politik ekonomi dengan penguasa pedalaman , tambahan lagi harmonisasi itu semakin kuat dengan menyebarnya  Agama Islam ke pedalaman berkat perkawinan dengan putrid raja  pedalaman .Tahir (2008 : 200) menyatakan bahwa:
“Setelah meninggalnya Datuk Seri Batara lalu digantikan oleh puteranya Datuk Muhamamd Yusuf bergelar Datuk Setia Wangsa. Datuk Setia wangsa berkawin dengan Puang Jamain (seri berganti Damanik) yaitu saudara kepada puang Bolon Raja Siantar. Kemudian kawin pula dengan Puang Sarinim Saragih Geringging yaitu saudara kepada Raja Raya.”
   
 Datuk Setia Wangsa menikahi Puang Jamain dan Puang Sarinim.  hasil perkawinan Datuk Setia Wangsa  memiliki 17 orang anak . dari jumlah anak yang dimiliki Datuk Setia Wangsa terlihat kemakmuran   Banyak kerajaan yang mau bekerjasama dengan Kerajaan Pagurawan seperti Kerajaan Simalungun, Siantar, Raya dan Bandar.  Barang dagangannya seperti rotan, jaronang, dammar, lilin, rambung merah, getah mayang dan lain-lain. Dan banyak tongkang-tongkang yang datang berlabuh dan menjadi pintu masuk kedaerah Pulau Pinang, Bangkok, Melaka dan Singapura.  Seperti yang dijelaskan oleh Tahir (2008 : 202) bahwa :
“ ……………………,tidak heran pula jika ada kerajaan lain yang ingin bekerjasama dan bersahabat diantaranya ialah Kerajaan Simalingun, Siantar, Raya, dan Bandar. Kerajaan - kerajaan ini datang membawa barang dagangannya seperti rotan, jaronang, dammar, lilin, rembung merah, getah mayang dan lain-lain. Pagurawan pada masa itu semakin ramai dikunjungi orang dengan perahu-perahu besar dan tongkang-tongkang, sehingga menjadi Bandar pelabuhan untuk masuk dan bertolak ke negeri negeri seberang yaitu Pulau Pinang, Bangkok, Melaka dan Singapura.”
Diperjelas pula bahwa  keberhasilan Datuk Setia Wangsa memimpin Kerajaan Pagurawan, tidak lepas dari hasil alam yang baik untuk perdagangan sehingga  Bandar Perdagangan.yang dahulu terkenal dengan tangkahan menjadi pelabuhan yang ramai. Dengan keramaian ini banyak kerajaan-kerajaan lain di sekitanya menjadi iri dan mengadakan perlawanan dan mencoba untuk menyerang. Seperti yang dijelaskan oleh Sinar (tanpa tahun : 136) bahwa ;“ pada zaman pemerintahannya Pagurawan silih berganti diserang oleh Negeri-negeri tetangga seperti Tanjung Kasau, Bandar khalifah, Sipare-pare, Tebing –Tinggi dan lain-lain”. Dari penjelasan diatas Dapat disimpulkan bahwa dengan kemajuan Kerajaan Pagurawan membuat kerajaan-kerajaan lain menjadi iri hati dan melakukan penyerangan yang silih berganti kepada Kerajaan Pagurawan. Sehingga Datuk Setia Wangsa membuat persiapan untuk melawan serangan yang dilakukan oleh Kerajaan-kerajaan tetangga.  Tahir (2008 : 2002) bahwa :
“Dengan adanya serangan-serangan dari luar ini mahu tak mahu Datuk Setia Wangsa terpaksa memuat persiapan pertahanan ditempat-tempat yang strategis. Seperti di kuala Pagurawan dipersiapkan 2 buah meriam yang dikepalai oleh Datuk Panglima Daud, di Istana Kampung besar empat penjuru di pasang 2 buah lela dari Gansa dan enam buah meriam dipersiapkan sampai ke pekubuan dikepalai oleh Datuk Panglima Besar Akas”
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akibat dari serangan yang dilakukan oleh Kerajaan-kerajaan tetangga maka Datuk setia Wangsa membuat beberapa persiapan ditempat-tempat yang strategis demi keamanan Kerajaan Pagurawan  sehingga setelah Kerajaan Pagurawan runtuh masih terdapat beberapa mariam yang menjadi bukti kebenaran akan adanya Kerajaan Pagurawan dan kebenaran atas Pagurawan yang menjadi bandar Perdagangan pada masa itu.
PENUTUP
 Datuk Muhammmad Idris  membuka lahan sawah dan ladang. Sebagai perkampungan sehingga semakin ramai. Sampai pada hari yang ditentukan diadakan perhelatan , orang hadir ke majelis jamuan  bersuka ria sambil bersenda gurau. Majelis jamuan ini akhirnya bertukar menjadi mejelis pergurauan dan oleh karena kampung baru itu belum ada nama resminya maka sejak pada hari itu kampung itu diberi nama Negeri Pagurawan (Pergurauan).
Pagurawan mencapai puncak kejayaan pada masa Datuk Setia Wangsa dimana banyak kerajaan-kerajaan tetangga melakukan hubungan kerjasama dengan Pagurawan dalam bidang jual beli dengan hasil sumber daya alam yang dimiliki oleh Pagurawan  Sehingga terbentuklah sebuah bandar perdagangan yang besar.
 Bukti akan adanya Bandar Perdagangan Pagurawan adalah adanya Kerajaan Pagurawan, yang didukung data fisik berupa kompleks makam Datuk Muhammad Nurdin (Datuk Setia Maharaja Rela), mariam yang digunakan pada masa Datuk Setia Wangsa dalam menghadapi serangan para kerjaan sekitar Pagurawan, adanya Tangkahan (bandar) walaupun sekarang hanya menjadi tempat para nelayan menjual hasil tangkapan ikannya

                                              
 DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Ar-Ruzz Media: Jogyakarta.
Asnan, Gusti. 2007. Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Jakarta: Ombak.
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Bentang Pustaka: Jogyakarta.
Leirissa, R.Z. 1995. Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra. Depdikbud: Jakarta
Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Balai Pustaka. Jakarta
Nurcahyani Lisyawati. 1999. Kota Pontianak Sebagai Bandar Dagang di Jalur Sutra. Jakarta .CV. Ilham Bangun Karya.
Sinar, Luckman. Tanpa Tahun. “Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur”. Medan . Terbitan Sendiri.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Penerbit Ombak: Jogyakarta.
S. Nasution. 2006. Metode Research. Bumi Aksara: Jakarta.
Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Jakarta
Tahir, bin Ismail. 2008. Sejarah Batu Bara. Kuala Lumpur. Terbitan sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar